Tabuik, Tabot, Ta'ziyeh


Konon ketika Thomas Stamford Raffles berkuasa di Bengkulu, ia membawa tentara dari India yang dipanggil Sepah. Saya tak tahu bahasa India tapi sepertinya "Sepah" dalam bahasa India dan Parsi bermakna pengawal atau penjaga. Kata ini masih dipakai misalnya oleh milisi Sepah-i Sehaba di Pakistan dan Sepah-i Pasdaran atau pasukan pengawal revolusi di Republik Islam Iran.

Di Sumatera para tentara India ini disebut orang Sepahi, Sepay atau Sepoy. Perubahan pengucapan ini rasanya masih masuk akal.

Menurut Budayawan Minang Alm HC. Israr, tradisi Tabuik di Pariaman ini dibawa oleh kaum Sepay dari India ke pesisir barat Sumatera. Sebagian besar dari mereka bermazhab Syiah meski tak dijelaskan mereka termasuk Syiah yang mana, apakah Imamiyah Itsna Asyariyah, Ismaili, Musta'li, Nizari ataukah yang mana. Yang jelas mereka tetap mengabadikan tradisi memperingati Syahadah Imam Husayn saat mereka sudah menetap di Sumatera.

Awalnya tradisi Tabuik ini tak hanya dilakukan di Pariaman dan Bengkulu saja. Dalam biografi HC. Israr disebutkan bahwa dahulunya tradisi ini juga dilaksanakan di Padang, Payakumbuh, Solok dan Maninjau. Belakangan hanya Pariaman dan Bengkulu saja yang masih mempertahankan tradisi ini.

Iseng punya iseng dengan googling kita dapat menemukan apakah ada tradisi yang paralel antara Pantai Barat Sumatera dengan budaya Perso-India dalam memperingati Syahadah Imam Husayn di hari Asyura.. Dan Yes, terlihat ada yang sama.

Gambar 1

Gambar 2

Di foto pertama yang berwarna hitam putih terlihat ada benda seperti tabut yang diarak dan hendak dibuang ke air. Sebagian dari benda itu tampak sudah masuk ke dalam air. Foto ini adalah ilustrasi prosesi Asyura di kawasan Teluk Benggala pada abad ke 19. Mereka menyebutnya sebagai prosesi Ta'ziyeh. Awalnya hanya Muslim Syiah yang terlibat namun kemudian prosesi ini diikuti pula oleh Muslim Sunni dan bahkan umat Hindu.


Foto kedua adalah prosesi Tabuik di senja hari di Pantai Gondoriah Pariaman. Seperti gambar pertama posisi tabuik sudah ada di pinggir pantai dan siap dibuang ke laut oleh arak-arakan manusia.

Gambar 3

Gambar 4

Gambar 5

Gambar ketiga adalah prosesi Ta'ziyeh di India sekitar abad ke 18. Kalau dilihat sepintas, ada kemiripan dengan gambar ke 4 yang merupakan prosesi tabot di Bengkulu. Kemiripan yang sama juga terdapat pada gambar ke 5 yang merupakan tradisi Ta'ziyeh di Barabanki India.

Kelima prosesi yang terlihat di gambar mempunyai tujuan akhir yang sama yakni mengenang Syahadah Imam Husayn dan pada akhirnya Tabuik/Tabot yang diusung dibuang ke laut.

Sumber gambar : taufiqurokhman.com

Post a Comment

0 Comments

Recent Posts