Apakah Perang Iran - Israel Tidak Berkaitan dengan Palestina?


Beberapa pihak -termasuk kalangan yang mengidentifikasi diri sebagai Muslim- menyuarakan narasi bahwa konflik antara Iran dan Israel sepenuhnya bersifat bilateral dan tidak memiliki kaitan dengan perjuangan Palestina. Bahwa Iran berperang dengan Israel hanya karena membalas dendam setelah jenderal dan ilmuwannya dibunuh Israel, sama sekali bukan tentang Palestina.

Narasi ini kerap disuarakan oleh para pendengung pro-Israel yang berpenampilan Islami, yang belakangan tampak aktif di media sosial melemahkan simpati umat Islam terhadap Iran dalam konteks konflik yang sedang berlangsung.

Namun, jika kita menganalisis secara lebih logis dan kronologis, hubungan antara konflik Iran-Israel dan isu Palestina justru sangat erat.

Memang benar bahwa serangan Iran terhadap Israel merupakan respons atas serangan yang lebih dahulu dilakukan oleh Israel. Akan tetapi, pertanyaan mendasarnya adalah: Mengapa Israel menyerang Iran?

Ada dua alasan utama:

1. Dukungan Iran terhadap Perlawanan Palestina.

Iran secara konsisten memberikan dukungan logistik, keuangan, pelatihan, dan asistensi militer kepada kelompok-kelompok perlawanan Palestina seperti Hamas, Jihad Islam, serta kepada Hizbullah di Lebanon.

Lho kok Hizbullah Lebanon juga terkait? Kan Lebanon bukan Palestina?

Keterlibatan Hizbullah, meskipun berbasis di Lebanon, tidak dapat dilepaskan dari konteks Palestina. Wilayah utara Palestina yang kini diduduki oleh Israel berbatasan langsung dengan Lebanon. Di sana terdapat sejumlah desa Palestina yang penduduknya bermadzhab Syiah. Mereka dipaksa mengungsi ke Lebanon Selatan pada peristiwa Nakba tahun 1948 dan hingga kini tidak dapat kembali ke tanah air mereka yang telah diambil alih oleh Israel. Mereka ini yang kemudian terhubung dengan Hizbullah, yang memiliki basis massa di wilayah pengungsian tersebut. Sehingga secara ideologis dan historis Hizbullah Lebanon terhubung dengan perjuangan pembebasan Palestina.

Kelompok-kelompok ini memperoleh pasokan logistik dari Iran melalui jalur Suriah. Oleh karena itu, menghancurkan jalur suplai ini menjadi prioritas strategis bagi Israel. Langkah pertama yang diambil adalah mendestabilisasi Suriah. Selama Suriah dipimpin oleh rezim Assad yang pro-Iran, jalur logistik akan tetap terbuka. Maka, pada Desember 2024, rezim pro-Iran terguling. Rezim baru yang berkuasa secara terbuka menyatakan permusuhannya terhadap Iran dan bersepakat dengan Israel bahwa musuh bersama mereka adalah Iran.

Laksana memakan bubur panas dari tepi, setelah Suriah "aman", target berikutnya adalah Iran itu sendiri.

2. Penolakan Iran terhadap Eksistensi Negara Israel.

Republik Islam Iran menolak pengakuan terhadap Negara Israel, dan menganggap seluruh wilayah yang saat ini dikuasai Israel sebagai bagian dari tanah Palestina. Menurut Iran, pembentukan Israel melalui UN Partition Plan tahun 1947 adalah tindakan ilegal secara moral dan historis. Dalam pandangan mereka, satu-satunya entitas yang berhak berdaulat atas wilayah tersebut adalah Palestina. Konstitusi Republik Islam Iran (Pasal 152) serta pernyataan-pernyataan resmi para pemimpin Iran (Khomeini hingga Khamenei) secara konsisten menyebut bahwa Israel adalah entitas "ilegal" dan menyerukan pembebasan seluruh wilayah Palestina. Komunitas Yahudi tetap dapat tinggal di sana, namun dalam kerangka entitas negara Palestina. 

Sikap ideologis ini dipandang sebagai ancaman eksistensial oleh Israel. Terlebih lagi, potensi Iran untuk mengembangkan senjata nuklir memunculkan kekhawatiran mendalam di pihak Israel. Dalam skenario terburuk menurut perspektif Israel, keberadaan Iran sebagai negara bersenjata nuklir yang tidak mengakui eksistensi Israel dapat berujung pada kehancuran Israel secara total.

Karena itulah, menghentikan kemajuan teknologi nuklir Iran menjadi prioritas. Tujuan utamanya adalah mengganti pemerintahan Republik Islam dengan rezim yang bersahabat terhadap Barat dan Israel, seperti era pemerintahan Shah Muhammad Reza Pahlevi dahulu.

**

Jadi, konflik antara Iran dan Israel tidak dapat dipisahkan dari isu Palestina. Iran menjadi sasaran serangan Israel karena ia berdiri sebagai salah satu pendukung utama perjuangan Palestina, baik secara ideologis maupun secara praktis. Narasi yang berupaya memisahkan konflik ini dari konteks Palestina hanyalah upaya untuk mengaburkan akar masalah dan meredam solidaritas dunia Islam terhadap perjuangan rakyat Palestina.

Sumber gambar : france24.com

Post a Comment

0 Comments

Recent Posts