Kaya Raya di Masa Muda


Pernah dengar pemeo dari Rano Karno? Bagi yang hidup saat Rano remaja ketika bermain di film “Gita Cinta dari SMA” –belakangan diubah Mendikbud Wardiman Djojonegoro sebagai “Gita Cinta dari SMU”- dan “Puspa Indah Taman Hati” mungkin masih mengingatnya. Pemeo sederhana itu berbunyi “Kecil disayang, Remaja jadi idola, Dewasa kaya raya, Mati masuk surga”. Sederhana tapi mampu melambungkan banyak orang ke alam mimpi. Sebuah torehan hidup yang luar biasa, nyaris tanpa cela. Seandainya ditanyakan kepada siapa saja, “Apakah anda ingin hidup seperti itu?” Kita akan kesulitan mencari yang menjawab tidak. Pendek kata, manusia selalu ingin menuai kebahagiaan sepanjang hidup.

Tapi, apakah semua itu didapatkan dengan gratis? Manusia cenderung ingin segala sesuatu berjalan lempang, tanpa penghalang, berjalan lancar, tiada onak dan duri atau aral melintang. Hidup lurus seolah lebuh tol. Tidak. Semua itu tidak mungkin gratis, butuh kerja keras dan kerja cerdas. Semua orang sukses telah melalui tahap jatuh bangun, dihina, ditinggalkan bahkan dianggap tidak berarti. Tapi satu semangat orang sukses: tak pernah berhenti berjuang. Ce ile jadi ingat soundtracknya GIE :-).

Walau begitu, harapan dan mimpi menjadi kaya raya selalu jadi bagian harapan menggelantung tinggi di langit angan hampir semua orang. Dari sejumlah itu, hanya beberapa saja yang mampu meraihnya. Lihat saja di pasar, di keramaian orang berlari menawarkan barang dan jasa, memeras keringat mengubah bulir demi bulir peluh mejadi kepingan rupiah, tapi tetap tidak mampu bahkan untuk sekedar mendekati bangunan kekayaan. Ia hanya menjadi seperti mercusuar dari geladak kapal ; terlihat namun tak tergapai.. untouchable.

Mimpi ini ternyata bisa dijual. Beribu orang rela membeli mimpi dengan harga jutaan dan puluhan bahkan ratusan orang dengan cerdas mengemas mimpi menjadi program yang menarik. Beratus-ratus buku telah ditoreh dalam berbagai judul. Ada yang bicara tentang cara gampang menjadi kaya, jadi kaya dengan sekian jam, memiliki puluhan resort dengan USD 0, beratus situs pula yang bicara hal yang tak jauh beda. Anak-anak muda diajak mengunjungi situs, dijajali dengan kata-kata motivasi, didorong-dorong dengan tampilan halaman rekening koran yang agak (di)samar(kan), dipertanyakan semangat dan keberaniannya, lalu ditawari untuk mentrasfer uang sejumlah tertentu ke rekening tertentu untuk mendapatkan bahan bacaan tertentu. Lebih maju lagi, muncullah seminar-seminar, dijual dengan harga jutaan, semuanya hanya untuk satu hal: kapitalisasi mimpi.

Tapi eits, tunggu dulu! Jangan langsung patah hati. Bisa kok kita kaya dalam usia muda. Tapi ada syaratnya dan tampaknya tidak semudah menjual mimpi. Beberapa kali, saya juga pernah mengunjungi situs penjual mimpi tersebut. Mereka bicara tentang keberhasilan, kekayaan yang didapatkan secara pasif alias cukup ongkang-ongkang kaki di rumah dan digit demi digit dolar masuk ke kantong bahkan tanpa disadari. Mereka bicara bahwa angka itu muncul dari strategi bisnis yang hebat melalui internet. Lalu dibelailah pembaca dengan affirmasi bahwa saat ini mereka ingin berbagi kesuksesan, ingin memberikan ilmu dan tips kepada segenap pembaca agar pembaca juga jadi "kaya" seperti mereka. Tanpa disadari, sebenarnya mereka justru sedang menjual buku dan bacaan kepada pembaca agar membelinya. Dolar-demi dolar yang mereka maksudkan bukan berasa dari "bisnis" yang mereka ingin ajarkan ke pembaca, tapi berasal dari pembaca itu sendiri. Semakin pembaca membeli buku-buku itu, semakin mereka mendapatkan untung. Dari situlah sumber dolar itu. Namun lama-kelaman ‘coki’ ini akan ketahuan juga.

Lalu bagaimana? Sejarah adalah guru terbaik. Jika ingin sukses, belajarlah dari orang sukses, lalu cari substnsi dan benang merah keberhsilan itu. Ada beberapa contoh yang dapat dilihat. Anda tahu dengan Blake Ross? Tidak semua orang kenal dengannya. Tapi, tahukan anda dengan firefox? Hampir semua blogger umumnya telah mengunakan software ini. Dalam 24 jam setelah rilis pertamanya, web browser versi 2.0 opersource ini telah di download sebanyak dua juta kali. Karena ini produk opersourcing, pengguna tidak perlu mengorek kocek untuk mendapatkannya. Lalu dari mana bocah 21 tahun yang membuat pusing microsoft ini mendapatkan uang? Ia menjual buku, "firefox for dummies". Bayangkan, usianya masih 21 tahun yang untuk ukuran Indonesia terlalu muda untuk sukses.

Lain lagi dengan Matt Sanchez (25). Jika anda ingin mengimpor video ke halamat web anda, software super gratis Videoegg menjadi pilihan. Pria santai ini meluncurkan Videoegg bersama dua kawan kampusnya dan tetap hidup sederhana walaupun telah meraup jutaan dolar dari para pemodal. Yang hangat lainnya adalah Chad Hurley (29) dan Steve Chen (28) pembuat situs Youtube. Situs ini kemudian dibeli Google seharga USD 1,65 Milyar. Bukan jumlah yang sedikit, jika dibandingkan dengan usia mereka yang masih muda. Disamping itu masih banyak rentetan nama muda dengan keberhasilan mereka. Ada Seth Stenberg (27) dengan situs Meebo, Bram Cohen (31) dengan Bittorrent, Mark Zuckerberg (22) dengan Facebook, Rob Parzonik (26) dengan Lickety-ship, Todd Masonis (26) dengan Plaxo, beberapa nama lain yang menorehkan kesuksesan dalam usia muda.

Lalu mengapa mereka sukses? Sederhana saja. Mereka melihat realitas di sekitar mereka dan mecoba menjawabnya sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Youtube misalnya, berawal dari kesulitan Chen dan Hurley membagi video dengan teman-teman mereka pada sebuah pesta. Lalu muncullah Ide untuk membuat sebuah sarana berbasis web guna mengirim video. Mereka tidak mengerti internet, tapi mereka punya kawan, Javed Karim yang mengerti internet dan siap membantu mereka. Modal pertama mereka hanya komputer di garasi dan tidak punya kantor megah.

Menjadi kaya, berdasarkan pengalaman mereka adalah mengembangkan ide, mencari teman dan melakukan apa yang dipikirkan. Sukses adalah kerja keras, dan berusaha berbagi manfaat. Maka tidak ada alasan kaya hanya dengan mimpi dan memperkaya para penjual mimpi.


Post a Comment

0 Comments

Recent Posts