Kematian di Adam Air Jakarta-Medan

Agak Dag-dig-dug perasaan saya ketika akan menaiki Pesawat Adam Air dari Jakarta Menuju Medan, 4 Juli lalu. Saya tidak tahu kenapa.

Baru saja pesawat Take Off dari Soekarno Hatta Airport, seorang penumpang -dua deret dari bangku saya ke arah belakang- cengan-cengap.

Peragawati eh.. (maaf) pramugari panik. Subuk saling bertanya, tak tahu apa yang harus dilakukan. Penumpang yang kasihan itu mulai kehilangan kesadaran. Matanya melotot tapi kosong.

Para pramugari mencari tabung oksigen, berusaha memadang di hidung penumpang itu dan selalu salah. Kadang terlepas, setelah awalnya hampir memasang pipa oksigen di arah mata penumpang malang. Sepertinya tidak tahu cara makenya.

Penumpang itu semakin tidak jelas bentuknya. Pramugari bingung, berlari menuju mikrofon, mengumumkan kalau ada penumpang yang berprofesi sebagai dokter.

Seorang pria agak botak berlari cepat ke belakang, menerima ungkapan sederhana dari penumpang lain, "Asma."

Sigap ia memukul-mukul dada pasien dan memberi napas buatan. Tergengar dengkuran dari mulut pasien. Dadanya dipukul lagi. lalu pria botak minta senter.

Pramugari bingung nyari senter, ada penumpang yang hape nya punya senter. Hape diaktifkan, pria botak menyenter mulut dan kedua mata yang melotot.

Ia berkata, "Out!"

Pramugari bertanya, "Apa, Pak?"

Sambil menggerakkan tangan di leher ia berkata lagi, "Out!"

Ia kembalikan Hape, dan dengan cepat lembali ke tempat duduknya, dan tidak bicara. Cool

Malaikat Maut tetap bekerja di atas pesawat.. Walaupun seluruh jendela tertutup

Post a Comment

0 Comments

Recent Posts