Pernahkah pembaca merasa terganggu dengan broadcast BBM yang macam-macam? Mungkin pernah atau mungkin tidak pernah karena tidak pakai BB. Bermacam hal yang dibroadcast. Ada yang sekedar test contact, info layanan masyarakat, info kesehatan, iklan dagangan, kampanye partai, sampai hoax-hoax yang tidak jelas kebenaran dan kesalahannya. Rame pokoknya.
Urusan broadcast ini mungkin tidak merepotkan bagi yang punya kontak list sedikit dan hanya terdiri dari kenalan yang dikenal di dunia nyata. Tapi bagi saya yang pedagang yang menjadikan BB sebagai salah satu sarana berinteraksi dengan konsumen, broadcast ini jelas mengganggu setidaknya karena 3 hal : menyita waktu, membuat berat kerja BB, dan isinya kadang nyebelin.
Saya punya banyak sekali kontak di BB saya dan tak sampai 1% dari daftar kontak itu saya kenal secara fisik. Itu artinya sebagian besar penghuni daftar kontak saya di BB adalah orang-orang yang tidak saya kenal dan mereka meng-add saya setelah membaca web, FB atau twitter jualan saya. Nah, karena tidak saling kenal, tingkat keintiman juga berbeda dan semestinya memahami pula bahwa broadcast mesti dilakukan dengan bijak.
Sudah lebih 1 tahun ini saya manfaatkan BB untuk komunikasi alias semacam customer service lah bagi toko online saya. Dan, tahukah anda, saya belum pernah melakukan broadcast BBM sekalipun. Oleh karena itu samapi sekarang saya juga tidak tahu persis bagaimana caranya broadcast.
Kok bisa? Bukankah saya pedagang online, mengapa tidak memanfaatkan BBM?
Beberapa konsumen menyarankan saya untuk melakukan aksi broadcast BBM juga, namun saya menolak dengan halus. Saya hanya sampaikan bahwa saya toko online, bukan toko broadcast. Kalau ingin tahu info dari toko online bisa langsung ke web, akun FB atau akun twitter. Dengan cara itu tidak ada gangguan langsung pada penerima. BBM hanya dimanfaatkan untuk menjawab orderan atau pertanyaan konsumen.
Kembali pada soal keintiman dalam daftar kontak, di sinilah kata kuncinya yakni relevansi. Tanpa keintiman, kita tidak tahu apa yang relevan bagi orang lain. Niat di hati ingin memberikan added value pada orang lain dengan broadcast, hasilnya malah menjengkelkan orang lain.
Betapa tidak relevannya jika sebuah broadcast menyerukan hal-hal yang mungkin mengagresi penerimanya. Contoh sederhana ada broadcast tentang suku tertentu padahal penerima broadcast itu adalah anggota suku itu. Pernah juga tentang agama, partai atau mazhab tertentu. Padahal, lingkaran sosial kita berbeda. Ada isu yang cocok untuk lingkaran tertentu, tapi tidak cocok di lingkungan lain. Bijaklah dalam hal ini
Selanjutnya, verifikasilah apa yang akan dibroadcast. Pernah dan sering saya dapat broadcast kira-kira begini :
"Pengumuman dari Kapolri supaya jangan membeli produk merek xxxx karena beracun"
Iseng saya uji si pengirimnya dapat info darimana? Katanya hanya forward broadcast kawannya. Saya jawab bahwa sekiranya ada info sepenting pasti semua TV, Portal Berita, dan koran sudah ribut memberitakannya. Ini kok malah adem ayem saja.
Saya sampaikan kepada si pengirim agar berhati-hati karena bukan tidak mungkin ini sekedar modus persaingan bisnis untuk menjatuhkan merk tertentu. Si pengirim berterima kasih.
Selanjutnya, bijaklah dalam frekuensi broadcast. Saya punya banyak kontak, 10 % saja dari mereka bikin broadcast, bisa terganggu kinerja BB. Kalau kita sudah tahu relevansi sebuah message, sudah verifikasi isinya, mudah-mudahan frekuensi berbroadcast akan berkurang.
Sederhananya, jangan mudah dan latah membroadcast sesuatu.
Sikap saya terhadap juru broadcast sebenarnya standard saja : pertahankan jika relevan, respon baik-baik jika tidak relevan tapi orangnya punya relasi baik dalam bisnis, dan terakhir : delete contact :)
Salam
Yudi Helfi
0 Comments